Kue Keranjang (Nian Gao)
Kue keranjang, atau biasa disebut “Nian Gao” kini menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek. Adanya sejarah panjang terdahulu yang melatarbelakangi eksistensi kue ini. Berawal dari warisan budaya Tionghoa, kue ini telah menyertai perayaan Tahun Baru Imlek selama berabad-abad. Dalam legenda Tiongkok, kue ini diyakini menjadi penyelamat dari makhluk buas bernama Nian yang menakutkan dan mencelakai penduduk setempat. Masyarakat mulai membuat kue keranjang sebagai persembahan serta untuk memastikan kejaminan keselamatan mereka dari Nian.
Selain itu, konon katanya rakyat Tionghoa menyebutkan bahwa Dewa Dapur yang bersemayam di setiap rumah, membuat ‘laporan tahunan’ kepada Kaisar Giok. Maka dari itu, kue keranjang dihidangkan sebagai ‘penutup mulut’, untuk mencegah Dewa Dapur agar tidak mengejek rumah mereka. Karena sudah menjadi tradisi tersendiri, kue keranjang menjadi semakin terkait dan identik dengan perayaan Imlek. Tradisi menyantap kue keranjang pada malam Tahun Baru Imlek, dipercaya membawa keberuntungan dan kemakmuran. Bentuk bulat dari kue tersebut melambangkan keluarga yang utuh dan harapan untuk tahun yang lebih baik.
Kini, kue keranjang mengalami perkembangan dalam berbagai rasa dan variasi. Seperti adanya pilihan rasa cokelat, keju, atau pandan, hal ini membuat kue keranjang dicintai oleh generasi yang lebih muda. Kue keranjang tidak hanya menjadi hidangan lezat, tetapi juga simbol budaya yang kuat. Di setiap pembuatannya, generasi terdahulu mewariskan nilai – nilai keluarga dan tradisi kebudayaan kepada yang lebih muda. Kue keranjang menjadi pengingat akan kebersamaan dan koneksi yang mengakar dalam sejarah panjang perayaan Imlek. Hari ini, kue keranjang tetap menjadi komponen penting dalam menyambut Tahun Baru Imlek. Melalui rasa dan aromanya yang khas, kue ini merayakan warisan kultural dan membangkitkan kenangan manis yang melibatkan generasi dari masa ke masa.