Kerja Sama Kemendikbudristek-Industri Kian Kuatkan Vokasi
Jakarta, Ditjen Diksi — Indonesia menghadapi persoalan minimnya jumlah tenaga ahli dan terampil di bidangnya. Di sisi lain, pendidikan vokasi sebagai pilar penting untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang ahli juga masih terkendala pesoalan missed match antara keterampilan yang didapat siswa di sekolah dengan keahlian yang diperlukan dunia industri dan dunia kerja.
Berbagai inovasi dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengatasi persoalan di atas. Melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), pemerintah kembali menyelenggarakan skema Competitive Fund 2022.
Skema Competitive Fund 2022 merupakan lanjutan dari program serupa tahun lalu. Tahun ini, program bantuan ini berfokus pada pendanaan dan penguatan untuk transformasi Program SMK D-2 Jalur Cepat dan Program Peningkatan Prodi Diploma Tiga (D-3) menjadi Sarjana Terapan (D-4). Saat ini sudah ada 113 program studi yang telah bertransformasi dari jenjang diploma tiga menjadi sarjana terapan.
Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek, Henri Tambunan mengatakan, program ini merupakan akselerasi untuk menjawab tantangan dunia kerja dengan menciptakan tenaga-tenaga kerja yang terampil dan andal dengan melibatkan peran serta industri.
“Jadi, dalam program ini ada kolaborasi dengan dunia usaha dan industri, yang kemudian merancang dan menyusun kurikulum untuk memastikan ‘link and match’ antara industri dan perguruan tinggi vokasi,” kata Henri dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (19/5).
Adapun Direktur Politeknik Negeri Madiun, Muhamad Fajar Subkhan mengatakan, sebagai upaya akselerasi, Competitive Fund sangat tepat untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang terampil yang dibutuhkan industri saat ini. Menurutnya, saat ini jumlah lulusan program diploma dua masih sangat sedikit untuk mengisi kebutuhan dunia kerja Tanah Air.
Di samping itu, jumlah lulusan sarjana terapan juga belum imbang dengan lulusan sarjana umumnya sehingga banyak posisi pekerjaan yang seharusnya diisi oleh lulusan vokasi justru diisi oleh lulusan lainnya.
Politeknik Negeri Madiun sendiri merupakan salah satu politeknik yang sudah menyelenggarakan program SMK D-2 Jalur Cepat. Bersama SMK PGRI Mejayan dan PT INKA, Politeknik Negeri Madiun membuka program SMK D-2 Jalur Cepat untuk program studi pengolahan logam.
Sementara itu, Kepala SMK PGRI Mejayan, Sampun Hadam meyakini, program SMK D-2 Jalur Cepat mampu meningkatkan kompetensi lulusan SMK dan meningkatkan percaya diri lulusan SMK serta menumbuhkan lapangan kerja.
“Saat kompetensi siswa meningkat, efisiensi industri juga akan meningkat, termasuk daya saing produknya sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha yang pada akhirnya bisa membuka lapangan pekerjaan baru,” kata Sampun.
Senada dengan Sampun, Direkur Pengembagan PT INKA, Agung Sedaju mengatakan, kolaborasi industri dengan dunia pendidikan memang menjadi sebuah kebutuhan untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil. “Kalau kami sendiri mendidik anak SMK di perusahaan kami, itu hasilnya baru bisa petik 1,5 tahun kemudian. Tetapi, kalau sejak awal itu akan lebih efisien,” jelasnya. (Diksi/Nan/AP/NA)
sumber: vokasi